Dampak Keterlambatan Proyek
Dampak Keterlambatan proyek, menurut Alifen et
al.2000, bahwa dampak dari keterlambatan proyek ini menimbulkan kerugian pada
pihak kontraktor, konsultan, dan owner. Kerugian tersebut antara lain :
1.
Pihak Kontraktor Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead,
karena bertambah panjangnya waktu pelaksanaan.Biaya overhead meliputi biaya
untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada tidaknya kontrak yang sedang
ditangani.
2. Pihak Konsultan Konsultan akan mengalami kerugian waktu, serta akan
terlambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya, jika pelaksanan proyek
mengalami keterlambatan penyelesaian.
3. Pihak Owner Keterlambatan proyek pada
pihak pemilikOwner, berarti kehilangan penghasilan dari bangunan yang
seharusnya sudah dapat digunakan atau disewakan. Apabila pemilik adalah
pemerintah, untuk fasilitas umum misalnya rumah sakit tentunya keterlambatan
akan merugikan pelayanan kesehatan masyarakat, atau merugikan program pelayanan
yang telah disusun. Kerugian ini tidak dapat dinilai dengan uang tidak dapat
dibayar kembali. Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non pemerintah,
misalnya pembangunan gedung, pertokoan atau hotel, tentu jadwal pemakaian
gedung tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan, sehingga ada waktu
kosong tanpa mendapatkan uang.
Menurut Lewis dan Atherley 1996, keterlambatan
akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan.
Keterlambatan dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek
atau meningkatkan biaya maupun keduanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner
adalah hilangnya potensial income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai
waktu yang ditetapkan, sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan
untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak
langsung indirect cost karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan,
sewa peralatan serta mengurangi keuntungan.
Cara Mengatasi
Keterlambatan
Menurut Dipohusodo 1996, selama proses
konstruksi selalu muncul gejala kelangkaan periodik atas material-material yang
diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun
import. Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek,
sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam organisasi sampai bentuk
pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan
sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang dari
sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang
kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan. Cara mengendalikan keterlambatan adalah :
1. Mengerahkan sumber daya tambahan
2. Melepas rintangan-rintangan, ataupun
upaya-upaya lain untuk menjamin agar pekerjaan meningkat dan membawa kembali ke
garis rencana
3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana
semula mungkin diperlukan revisi jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai
dasar penilaian kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.
Sedangkan menurut Donal S. Baffie 1990,
sekalipun sudah dipergunakan prosedur yang terbaik, namun permasalahan akan
timbul juga. Kadang-kadang terjadi suatu perubahan rencana kontraktor itu
sendiri yang memerlukan barang kritis harus lebih dipercepat lagi penyerahannya
dari tanggal yang sudah disetujui sebelumnya. Keterlambatan lain mungkin timbul
dari pihak pemasok atau kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain-lain.
Tugas dari ekspeditur profesional yang berpengalaman adalah menentukan cara
yang efektif dalam menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah
diteta pkan dengan pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu material tidak
dapat diperoleh lagi atau menjadi sangat mahal, maka spesialis pengadaan harus
mengetahui tempat memperoleh material pengganti substitusi yang akan dapat
memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya.
Suatu kegiatan konstruksi akan dilakukan percepatan untuk
menghindari keterlambatan dalam kegiatan tersebut, yang akan mengakibatkan
kerugian yang besar jika kegiatan konstruksi tidak terselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan. Percepatan dalam kegiatan konstruksi dapat
dilakukan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan ataupun pada rentang waktu
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Alternatif dalam mengantisipasi keterlambatan
kegiatan konstruksi yaitu dengan meningkatkan produktivitas tenaga keja sebagai
upaya mempercepat durasi aktivitas, dapat dipakai rumus (Soeharto,1995):
d =∑mH
n × H
Langkah mengantisipasi durasi hanya dilakukan pada dua variabel
saja, yaitu jumlah pekerja (n) dan jam kerja (H). Sedangkan total jam/orang
tidak dapat digunakan sebagai variabel, karena bersifat konstan untuk setiap
aktivitasnya.
Gambar;Ilustrasi kurva rencana percepatan terkait keterlambatan pekerjaan di
lapangan.
Komentar
Posting Komentar