·
Mei 23, 2018
1. Kerusakan Pada Beton Bertulang
Dalam
istilah dunia konstruksi, kita mengenal beton bertulang. Beberapa jenis beton
ini menggunakan reinforced concrete maupun prestressed
concrete yang menggunakan baja untuk
strukturnya. Meskipun dalam pelaksanaan proses konstruksi sudah dilakukan
dengan sebaik mungkin, namun terkadang kerusakan kecil bahkan besar bisa saja
terjadi.
Seringkali, kerusakan yang terjadi
pada beton bertulang tidak dapat dihindarkan dikarenakan banyak faktor, seperti
faktor alam yang tak bisa dicegah maupun faktor kimiawi. Lebih jelasnya,
berikut ini akan dibahas beberapa penyebab kerusakan dan juga cara
mengatasinya:
Kerusakan
yang sering terjadi dalam beton bertulang
Pada umumnya, kerusakan yang terjadi
dibagi menjadi beberapa kategori, yakni:
1. Retak (cracks)
Retak merupakan kejadian pecah pada beton, berupa garis-garis panjang
yang sempit. Retak ini biasa terjadi akibat cuaca yang panas dan berangin.
Jenis kerusakan ini sifatnya dangkal dan saling berhubungan. Kerusakan akibat
keadaan alam pada beton dengan steel structure (reinforced
concrete) maupun prestressed
concrete memang seringkali tidak bisa dihindari. Dengan penanganan
yang tepat, kerusakan ini tidak akan menimbulkan permasalahan berarti bagi
konstruksi.
2. Lubang-lubang
pada beton bertulang (void)
Voids merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi kerusakan
pada beton bertulang, berupa lubang-lubang yang ukurannya relatif dalam dan
lebar. Penyebabnya ialah proses pemadatan yang dilakukan dengan vibrator yang
kurang maksimal dan terlalu sempitnya jarak antara bekisting dengan
tulangan atau frame. Yang sering terjadi adalah jarak antar tulang yang
terlalu sempit hingga mortar tidak bisa mengisi rongga atau pori-pori antara
agregat kasar dengan sempurna.
3. Kelupasan
dangkal pada permukaan (scalling/ erosion/spalling)
Kelupasan dangkal pada permukaan beton bertulang merupakan jenis kerusakan yang
umum terjadi. Penyebabnya ialah adanya eksposisi yang berulang terhadap proses
pembekuan dan pencairan hingga permukaan beton bisa terkelupas (scalling).
Ada pula jenis kerusakan lain yang menyebabkan permukaan beton terkelupas,
yakni spalling, yakni melekatnya
material di permukaan bekisting yang menyebabkan permukaan beton terkelupas.
4. Lekatan
baja beton
Inilah jenis kerusakan lain yang umum terjadi pada beton bertulang. Kerusakan
ini sering terjadi pada komponen struktur penunjang bangunan sipil. Perlu
diketahui bahwa lekatan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran sebuah permukaan
baja dan kualitas beton di sekitar bagian tulangan. Jika kelekatan gagal
terjadi atau kurang sempurna, maka akan membuat menurunnya daya dukung pada
struktur. Hal ini bsia menyebabkan deformasi. Yang lebih parah bisa menyebabkan
runtuhnya struktur konstruksi.
Penyebab lain dari kegagalan kelekatan ialah adanya korosi pada tulangan,
terjadinya kebakaran, atau bisa jadi karena terlalu tipisnya selimut beton.
5. Adanya
serangan kimia
Beberapa bahan kimia digunakan dalam proses konstruksi beton tulangan,
baik steel structure maupun
baja. Seperti penggunaan fly ash pada campuran
beton yang berpotensi bisa memberi pengaruh pada beton terutama pada
lingkungan bersulat. Selain itu, adanya tegangan internal bisa juga terjadi
akibat dari mengembangnya unsur kimia tertentu pada beton, seperti Ca (OH)2
dengan unsur kimia penyerang.
6. Penurunan
pondasi
Pada sebagian konstruksi, kondisi tanah kurang mendukung untuk bangunan yang
kokoh dan berkualitas. Beberapa kasus yang terjadi ialah daya dukung tanah
tidak seragam pada sebagian lingkungan bangunan. Hal inilah yang menjadikan
perbedaan dan penurunan pondasi. Sedangkan komponen yang sering rusak ialah
pada dinding pengisi.
7. Perkuatan pada beton bertulang
Untuk mengatasi kerusakan yang
terjadi pada beton bertulang baik dengan structur besi maupun baja, maka harus
dimulai dengan tahap pemilihan bahan perkuatan yang baik dan tepat.Pemilihan
material ini merupakan persyaratan wajib untuk perbaikan yang tahan lama. Salah
satu solusi untuk perkuatan ini ialah dengan material yang bersifat cementitious yang jadi pilihan terbaik untuk perkuatan beton yang rusak.
Pada kondisi tertentu, juga
disyaratkan bahwa perkuatan harus mencakup pula ketahanan terhadap serangan
bahan kimia hingga terkadang material lain dipilih dengan pertimbangan
tersebut. Jadi, material perbaikan bersifat fleksibel sesuai kebutuhan dan
sesuai dengan kerusakan yang terjadi.
Beberpa pertimbangan untuk memilih
material perkuatan ialah: kemudahan perbaikan, pembiayaan, seberapa terampil
pekerja dalam memperbaiki, serta peralatan yang dimiliki untuk perbaikan.
Syarat-syarat yang harus ada
dalam material perbaikan
1. Memiliki
stabilitas dimensional
Salah satu syarat utama untuk memilih materi perkuatan pada beton ialah adanya
lekatan yang sempurna dan maksimal antara material yang baru dan beton yang
rusak.
Sering kali yang terjadi ialah
adanya kerusakan pada kelekatan akibat perubahan dimensional yang diakibatkan
oleh penyusutan. Sehingga material yang dipakai untuk perbaikan haruslah bebas
susut ataupun jika mengalami penyusutan tidak akan merusak lekatan pada beton
yang lama.
2. Koefisien
ekspansi thermal
Perlu diketahui bahwa semua material dalam konstruksi akan mengalami ekspansi
dan kontraksi saat terjadi perubahan temperatur udara di lingkungan. Perubahan
yang terjadi tergantung pada koefisien ekspansi thermal material tertentu.
Misalnya, untuk beton, koefisien ekspansi thermal adalah 0,000006 hingga
0,000012 cm per derajat celcius.
Maka dari itu, pemilihan material untuk perkuatan beton bertulang harus dipilih
dengan tepat. Jika komposisi dari dua material dengan koefisien thermal jauh
berbeda dan mengalami perubahan temperatur maka akan mengakibatkan kerusakan pada beton bertulang berupa
garis lekatan.
3. Modulus
elastisitas
Istilah di atas untuk menggambarkan ukuran kekakuan pada sebuah material. Suatu
bahan atau material dengan modulus elastisitas yang tinggi tidak akan mengalami
deformasi sebanyak material dengan modulus elastisitas rendah, terutama ketika
menerima beban.
Dengan demikian, pemilihan material
juga harus mempertimbangkan aspek ini, dimana jika dua material dengan modulus
elastisitas berbeda berada dalam satu kontak maka bisa menyebabkan
material dnengan modulus elastisitas rendah akan meleleh, melengkung atau
menggelembung jika menerima beban. Selain itu, susut atau pergerakan thermal
yang terjadi pun dapat menyebabkan beton kehilangan lekatan.
Jenis-jenis bahan perkuatan
beton bertulang
Sesuai dengan syarat di atas, maka
ada beberapa jenis material yang bisa diaplikasikan untuk perkuatan beton
bertulang, yakni:
1. Material yang bersifat cementitious
Material
yang satu ini dalam digunakan untuk perbaikan beton dengan bantuan admixture yang bisa menghasilkan sifat kohesif, capaian kekuatan
cepat, dan daya tahan terhadap susut.
Material perbaikan dalam jenis ini
adalah:Beton, grout, mortar yang
diaplikasikan untuk mengganti total penampang.
·
Mortar dan
beton dengan modifikasi tertentu, yakni penambahan latex untuk melapisi kembali permukaan
lantai bangunan atau jembatan saat ada kerusakan.
·
Grout, mortar, dan beton yang telah melalui penambahan
polimer.
·
Dry pack, yakni mortar berbahan dasar semen portland yang tidak akan
mengalami
·
Shotcrete/ sprayed concrete/ sprayed mortar, dibuat dari bahan-bahan sama
seperti pembentuk beton (semen, air, agregat).
2. Material berbahan dasar
resin
Pembuatan
material ini atas dasar epoxy resin,
yakni resin untuk injeksi. Ada yang terdiri dari pasir halus, ada pula yang
dicampur dengan agregat kasar berukuran kecil.
3. Elastomeric sealants
Material
ini digunakan untuk memperbaiki retak yang mengalami pergerakan cukup
signifikan. Ada dua tipe yang bisa digunakan, yakni hot-applied dan cold applied.
4. Silicones
Material ini digunakan untuk
perkuatan apabila ada masalah uap air melalui dinding. Larutan silicone di
semprotkan pada didining hingga silicon resin tertinggal dalam pori dinding dan
mencegah kerusakan.
5. Bentonite
Material bubuk dari debu vulkanik
ini dapat mengabsorbsi air dengan jumlah banyak sehingga efektif digunakan
sebagai penghalang air.
6. Bituminous coating
Material
berbahan dasar berupa aspal yang diaplikasikan untuk perlindungan terhadap
pelapukan pada beton atau waterproofing.
Demikian
tadi beberapa permasalahan yang sering ditemui dalam konstruksi beton
bertulang, baik dengan steel structure maupun baja. Meskipun kerusakan kadang
terjadi, namun dengan perbaikan yang tepat maka kerusakan lebih parah
akan bisa dihindarkan, dan konstruksi bisa tetap kokoh dan berkualitas.
2. Kerusakan Pada Lapisan Campuran
Aspal
Kegiatan perekonomian
sangat didukung dengan tersedianya prasarana jalan. Jalan yang baik
memperlancar hubungan antara berbagai daerah. Sebaliknya, jalan yang rusak
pastinya akan menghambat kegiatan ekonomi dan bisa menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan. Kerusakan jalan memang menjadi salah satu masalah di Indonesia yang
seringkali terjadi terutama di jalan-jalan dengan volume lalu lintas yang
padat. Berikut ini jenis-jenis kerusakan jalan aspal, penyebab dan solusinya.
1. Retak lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal
Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan
deformasi di hampir semua lapisan jalan ini terutama bisa ditemui di
jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain banyaknya kendaraan berat yang
lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat mengakibatkan di
setiap lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang
terus melintas pada akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka ketika
musim hujan bisa dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan mengubah
retakan menjadi lubang yang semakin lama semakin besar. Karena itu sebaiknya
begitu terjadi retak lelah dan deformasi, perbaikan harus segera dilakukan
dengan penambalan-penambalan.
Jalan-jalan dengan perkerasan aspal sesungguhnya tidak cocok
dilalui oleh jenis-jenis kendaraan berat. Kendaraan berat sebaiknya diarahkan
untuk melintasi jalan-jalan beton yang memiliki struktur lebih kuat
dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal.
2. Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan
perkerasan aspal, antara lain retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan
bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip. Salah satu faktor terbesar
penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan. Karena itu,
solusinya tak cukup hanya dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem
drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus
bisa membuang atau mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase buatan
ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus mampu membuang air hujan atau
air dari sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa
menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus
benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase perlu dibersihkan secara
berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal
harus disertai pula dengan pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa
dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun sistem
drainase jalan, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain,
kondisi topografi sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang
mempengaruhi aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam satu tahun pada
daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase agar tidak
mengganggu drainase yang telah ada.
3. Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal
bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang
optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa
amblas, jembul, keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki
hanya dengan melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang
cukup rumit dan memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan
aspal sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu
dilakukan penambahan lapisan permukaan baru.
Tahap pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus
dilakukan dengan cermat.Pemadatan wajib dilakukan untuk meningkatkan kekuatan
tanah, memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan memperkecil daya rembesan
air pada tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan sehingga
diperoleh kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya
saja penggilas three wheel roller atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6
ton hingga 12 ton yang digunakan untuk memadatkan material berbutir kasar,
tandem roller dengan bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi
untuk mendapatkan permukaan lapisan yang agak halus, dan pneumatik tired roller
yang cocok dipakai untuk penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang
granular.
4. Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan
aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga
aspal menjadi lunak dan jejak roda kendaraan akan membekas pada permukaan
lapisan jalan. Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan
aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau dikarenakan
pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime coat. Kerusakan jenis
ini biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan agregat panas
yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal
dan lantas diberi lapisan penutup.
5. Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi
ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air meresap
dan membuat rapuh lapisan-lapisan jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini
bisa berkembang menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan
pengguna jalan.
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki
dengan membersihkan lubang-lubang terlebih dahulu dari air serta dari
material-material yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan pondasi
sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian
tambahkan lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal
dengan cermat. Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan
permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan jalan lainnya.
Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa dibersihkan
atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan menghasilkan tambalan yang rapuh.
Akibatnya lubang kembali terjadi hanya beberapa saat setelah penambalan
dilakukan.
6. Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal
yang menjadi licin. Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal
kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang
melintas menjadi lebih mudah tergelincir pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang
tidak tahan aus terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk
cubical, misalnya agregat berbentuk bulat dan licin. Kerusakan semacam ini bisa
diatasi dengan menutup area permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras,
latasir atau latasbun.
7. Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat
terjadi dikarenakan kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan
permukaan, atau lapisan permukaan yang terlampau tipis. Untuk kerusakan seperti
ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan
bagian yang rusak terlebih dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah
setelah itu dilapisi dengan buras.
Nah, itulah contoh jenis-jenis kerusakan jalan aspal,
penyebab dan solusinya. Setiap jenis kerusakan yang terjadi di jalan-jalan
perkerasan aspal perlu diobservasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
langkah-langkah perbaikan agar perbaikan yang dilakukan bisa benar-benar sesuai
dengan kerusakan yang terjadi. Dengan observasi, perbaikan dapat dikerjakan
dengan lebih efektif dan efisien.
8. Bergelombang/keriting (corrugation)
Gelombang melintang/tegak lurus arah perkerasan
aspal akibat deformasi plastis, jarak gelombang relatif teratur, biasa terjadi
pada lokasi dimana lalu lintas sering bergerak dan berhenti atau saat kendaraan
mengerem pada turunan, belokan tajam atau persimpangan.Penyebab aksi lalu lintas dan permukaan perkerasan
atau lapis pondasi yang tidak stabil karena kadar aspal terlalu tinggi, agregat
halus terlalu banyak, agregat berbentuk bulat dan licin, semen aspal terlalu
lunak, kadar air terlalu tinggi.Cara
perbaikan? menambal di seluruh kedalaman. keriting dangkal bisa dibongkar
dengan pavement milling machine dan di-overlay dengan hotmix
9. Alur (rutting)
Bentuk turunnya perkerasan ke arah memanjang
pada lintasan roda kendaraan akibat beban lalu lintas yang berulang pada
lintasan road sejajar dengan as jalan, biasanya baru tampak jelas saat hujan.Penyebabnya
adalah kurangnya pemadatan lapis permukaan dan pondasi, kualitas aspal rendah,
tanah dasar lemah, agregat pondasi (base) kurang tebal, dan infiltrasi air tanah.Cara perbaikan? jika penyebabnya di permukaan, tambal
di seluruh kedalaman atau overlay dengan hotmix. Jika penyebabnya di base,
dibutuhkan pembangunan kembali perkerasan dan drainase.
10. Sungkur (shoving)
Perpindahan permanen secara lokal dan memanjang
dari permukaan perkerasan, karena saat lalu lintas mendorong perkerasan, timbul
gelombang pendek di permukaannya. sungkur melintang dapat timbul oleh gerakan
lalu lintas membelok. sungkur biasa terjadi pada perkerasan aspal yang
berbatasan dengan perkerasan beton semen portland. perkerasan beton bertambah
panjang oleh kenaikan suhu dan menekan perkerasan aspal.Faktor penyebabnya
adalah stabilitas campuran aspal rendah, kadar aspal terlalu tinggi, agregat
halus terlalu banyak, agregat berbentuk bulat, semen aspal terlalu lunak, kadar
air dalam lapis pondasi granuler (granular base) terlalu banyak, ikatan antar
lapisan perkerasan tidak bagus, tebal perkerasan kurang dan cara
perbaikannya adalah menambal di seluruh kedalaman.
Komentar
Posting Komentar