1. Item Pekerjaan
Ada
beberapa macam item pekerjaan dalam pembangunan rumah antara lain :
I. Pekerjaan Awal
1.
Pengukuran
2.
Bowplank
II. Pekerjaan Galian
dan Urugan
1. Galian
2.
Urugan
3.
Mengurug kembali
III. Pekerjaan
Fondasi
1.
Lantai kerja
2.
Pasangan pondasi
IV. Pekerjaan Beton
1.
Sloof
2. Kolom
3.
Ring balok
V.
Pekerjaan Dinding
1.
Pemasangan bata
2.
Plesteran
3.
Acian
4.
Sponengan
5.
Tali air
VI. Pekerjaan Kusen
dan Pintu, Jendela
1.
Pembuatan ku!en pintu jendela
2.
Pembuatan daun pintu
3.
Pembuatan daun jendela
4.
Pasang kusen pintu
5.
Pasang kusen jendela
6.
Pasang daun pintu
7.
Pasang daun jendela
VII.Pekerjaan Rangka
Atap
1.
Pembuatan kuda-kuda
2.
Pembuatan gording
3.
Pembuatan jurai
4. Pembuatan balok nok
5. Pasang kuda-kuda
6. Pasang gording
7. Pasang balok nok
8. Pasang jurai
9. Pasang papan suri
10. Pasng usuk
11. Pasang aluminiun
poil
12. Pasang reng
13. Pasang genteng
14. Pasang talang
2. Analisis Pekerjaan
Definisi Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan
adalah proses sistematis dalam menghimpun informasi tertulis mengenai jenis
pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan
organisasi tercapai. Tujuan analisis pekerjaan adalah menganalisis jenis
pekerjaan, kualifikasi pekerja, perhitungan beban kerja, penempatan pekerja dan
penetapan standar kualitas kerja.
Manfaat Analisis Pekerjaan
-Menetapkan basis
rasional bagi struktur kompensasi.
-Mengevaluasi
bagaimana tantangan lingkungan mempengaruhi pekerjaan individual.
-Merencanakan
kebutuhan SDM di waktu akan datang.
-Menentukan kebutuhan
latihan bagi karyawan lama / baru.
-Menempatkan karyawan
pada pekerjaan sesuai keterampilannya.
-Menetapkan standar
prestasi kerja.
Pertimbangan Strategik dalam Job Analysis
-Tingkat partisipasi
karyawan dalam analisis pekerjaan.
-Tahapan pelaksanaan
analisis pekerjaan.
-Waktu pelaksanaan
analisis pekerjaan.
-Keputusan penggunaan
orientasi.
Pihak-pihak yang Melakukan Analisis Pekerjaan
-Pakar Job
Analysis
-Job analyzer dari
luar perusahaan
-Supervisor
-Manager
-Individu yang
memeahami orang-orang, pekerjaan, dan keseluruhan sistem organisasi.
Tahap Analisis Pekerjaan
·
Tahap 1 Persiapan
Analisis Pekerjaan
Pada tahap persiapan
dan analisis pekerjaan dilakukan identifikasi pekerjaan dan penyusunan daftar
pertanyaan.
·
Tahap 2 Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dapat
dilakukan melalui wawancara, observasi, kuesioner, dan kombinasi dari
ketiganya.
·
Tahap 3 Penyempurnaan
Data
Pada tahap ini
dilakukan pemilahan data yang berguna/ yang tidak dipakai, menyaring data yang
relevan/tidak relevan, kemudian menganalisis informasi yang terkumpul bersama
dengan orang-orang yang bersangkutan dengan pekerjaan.
Aspek Pekerjaan Dalam Analisis Pekerjaan
-Keluaran pekerjaan
(penyusunan pekerjaan, penetapan standar dan tujuan kerja, evaluasi nilai
kerja).
-Aktivitas yang
dilaksanakan berupa tujuan perancangan kerja, struktur organisasi, persyaratan
kerja dan jalur karir, kebutuhan pelatihan dan pengembangan, dan perencanaan
tinjauan kerja.
-Kompetensi berupa
definisi persyaratan kerja untuk seleksi, penempatan, jalur karir, rencana
desain organisasi kebutuhan pelatihan.
-Struktur balas jasa
(administrasi gaji).
Implementasi Analisis Pekerjaan
-Job Description
Pernyataan tertulis
yang menguraikan fungsi, tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang, kondisi kerja
dan aspek-aspek pekerjaan tertentu.
-Job Specification
Menunjukkan siapa yang
melakukan pekerjaan & syarat yang diperlukan.
-Standar Prestasi
Kerja
Berfungsi sebagai
sasaran atau target bagi pelaksanaan kerja karyawan dan merupakan ukuran
kriteria keberhasilan kerja.
Teknik Analisis Pekerjaan
-Observasi, berupa
analisis pekerjaan fungsional. Kegiatan observasi dilakukan pada orang yang
melaksanakan pekerjaan, di mana diasumsikan pekerjaan konstan sepanjang waktu.
Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini dikelompokan ke dalam 3 tipe yaitu
data, orang, dan barang.
-Wawancara yang
dilakukan pada 3 jenis yaitu individu, kelompok karyawan, dan kelompok
supervisor. Validitas kegiatan wawancara tergantung pada jumlah sampel yang
diambil dan penggunaan metode sistematik.
-Kuesioner yang
disesuaikan dengan aktifitas oraganisasi. Kuesioner diterbitkan untuk
mendapatkan informasi seputar tugas, tanggung jawab, kemampuan, standar kinerja
pekerjaan dan perolehan data menggunakan analisi kualitatif. Kuesioner yang
digunakan antara lain kuesioner informasi analisis pekerjaan, kuesioner
lengkap, kuesioner analisis posisi.
-Catatan harian
karyawan yang merupakan pencatatan secara berkala tugas dan aktifitas karyawan,
di mana pada teknik ini dibutuhkan waktu, ketelitian yang tinggi, dan biaya
yang mahal. Catatan harian karyawan berguna untuk menganalisis struktur kerja,
persyaratan staff, dan kebutuhan pelatihan serta pengembangan.
Kriteria Teknik Analisis Pekerjaan
-Keandalan (reliability)
berupa ukuran konsistensi.
-Validitas, berupa
ukuran akurasi yang dilakukan dengan menghimpun data dari karyawan dan
supervisor.
-Tujuan analisis.
Masalah Dalam Analisis Pekerjaan
-Munculnya ketakutan
karyawan terhadap ancaman pekerjaan, tingkat gaji, dan tingkat produksi.
-Mengumpulkan
informasi yang mutakhir.
Keberhasilan Kegiatan Analisis Pekerjaan
Berhasil atau tidaknya
sebuah kegiatan analisis pekerjaan bergantung pada beberapa hal berikut :
-Komitmen manajemen puncak
-Keterlibatan serikat
pekerja
-Keterlibatan karyawan
-Komunikasi yang
efektif
-Penugasan personalia
untuk pelaksanaan
-Pengumpulan pakar
-Pengumpulan data
-Penggunaan alat dan
teknik yang tepat
-Penggunaan komite
untuk pengawas
-Penggunaan komite
untuk pengawas
3. PENGERTIAN VOLUME PEKERJAAN
Yang dimaksud dengan volume suatu
pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu
satuan.. Volume juga disebut sebagai kubikasi pelerjaan. Volume (kubikasi
) yang dimaksud dalam pengertian ini bukanlah merupakan volume (isi
sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.
Berikut diberikan bebarapa contoh
sebagai berikut :
a. Volume
pekerjaan pondasi batu kali = 60 m3., mempunyai pengertian bahwa, volume
pekerjaan pondasi dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x lluas penampang
yang sama.
b. Volume
pekerjaan atap = 124 m2., mempunyai pengertian bahwa, volume pekerjaan atap
dihitung berdasarkan luas, yaitu luas bidang atap yang dapat bebbentuk
segitiga, persegipanjang, trapesium dan lain-lain.
c. Volume
pekerjaan lisplank = 27 m, volume pekerjaan lisplank dihitung
berdasarkan panjang , atau pekerjaan lisplank dapat juga dihitung berdasarkan
luas.
d. Volume
pekerjaan besi = 258 kg., volume pekerjaan besi dihitung berdasarkan berat dari
besi, yaitu jumlah panjang tulangan dikalikan dengan berat jenis besi yang
bersangkutan.
e. Volume
pekerjaan kunci tanam = 15 buah, volume pekrjaan berdsarkan banyaknya
kunci dan lain-lain.
Dari contoh di atas dapat diketahui
bahwa satuan masing-masing volume pekerjaan berbeda, volume pekerjaan pondasi
60 m3, volume pekerjaan atap 124 m2, volume pekerjaan lisplank 27
m, volume pekerjaan besi 258 kg dan volume pekerjaan kunci tanam 15 buah,
ini menunjukkan bahwa volume tersebut bukanlah volume dalam arti sesungguhnya
melainkan volume dalam satuan, kecuali volume pekerjaan pondasi yang merupakan
volume sesungguhnya.
Volume pekerjaan tersebut dihitung
berdasarkan pada gambar bestek dari bangunan yang akan dibuat. Semua bagian /
elemen konstruksi yang ada pada gambar bestek harus dihitung secara
lengkap dan teliti untuk mendapatkan perhitungan volume pekerjaan secara akurat
dan lengkap.
Membaca Gambar Bestek
Gambar-gambar
Bestek itu kita perhatikan dan teliti benar-benar ukurannya. Kita mulai
menghitung volume tiap pekerjaan sesuai dengan susunan pekerjaan. Untuk
mendapatkan perhitungan volme pekerjaan yang teliti dan lengkap yang harus
diperhatikan adalah :
v Denah
Yang
diperhatikan adalah ukuran-ukuran panjang dan lebarnya, bentuk dari masing –
masing bagian gambar denah secara teliti dan mendetail.
v Penampang-penampang /
Potongan-potongan
Yang diperhatikan adalah ukuran-ukuran
panjang dan lebarnya, bentuk penampang dan ukurannya dan tinggi dari masing –
masing detail penampang/potongan secara teliti dan mendetail.
v Pandangan – pandangan
Yang diperhatikan adalah bidang-bidang
mana yang terletak dimuka dan dibelakang serta penjelasan keadaannya secara
teliti dan mendetail.
v Gambar – gambar rencana dan penjelasan
(detail)
Dari gambar rencana ini
dan penjelasan (detai) kita dapat membaca rencana dari elemen/bagian
konstruksi, kelengkapan dan ukuran-ukuran dengan lebih detail dan jelas
sehingga dapat kemudahan tingkat pengerjaannya.
v Gambar situasi
Untuk menjelaskan / menunjukkan
keadaan sekitar tempat dimana bangunan tersebut didirikan.
Setelah segala
sesuatunya sudah ada dan lengkap namun ada sesuatu yang kurang jelas /
belum bisa dimengerti misalnya bahan yang digunakan, kualitas bahannya, mungkin
bagaimana cara mendapatkan bahan (bahan produk luar negeri), maka perlu ditanyakan
kejelasannya pada saat diadakan aanwijzing kepada direksi. Bila
segala sesuatunya sudah jelas maka kita menghitung jumlah dan volume pekerjaan.
Uraian volume pekerjaan
Uraian volume pekerjaan
Sebelum menghitung volume
masing-masing pekerjaan, lebih dahulu harus membaca gambar bestek berikut
gambar – gambar detail (penjelasannya). Penguasaan dalam membaca gambar bestek
dan gambar penjelasan akan sangat mempengaruhi tingkat ketelitian dalam
menghitung volume masing-masing pekerjaan.
Tahapan yang perlu dilakukan dalam
menghitung volume pekerjaan adalah antara lain menguraikan masing-masing volume
pekerjaan (uraian volume pekerjaan) dan dari uraian tersebut masing-masing
harus dihitung volume pekerjaanya.
Yang dimaksud dengan uraian volume
pekerjaan adalah menguraikan secara rinci besar volume suatu pekerjaan.
Menguraikan, berarti menghitung besar volume masing-masing pekerjaan sesuai
dengan gambar bestek dan gambar detail.
Susunan uraian volume pekerjaan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Susunan
dengan cara lajur-lajur tabelaris.
2. Susunan
dengan cara post-post.
Penyusunan uraian volume pekerjaan
tersebut diurutkan berdasarkan urutan (kronologis) pelaksanaan pekerjaan.
Volume pekerjaan disusun sedemikian rupa secara sistematis dengan lajur-lajur
tabelaris, dengan sistem pengelompokan mulai dari I. pekerjaan pondasi
sampai pekerjaan perlengkapan luar..
4. Harga
Satuan Pekerjaan
Memperkirakan berapa jumlah biaya yang dihabiskan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi sangatlah penting. Jika berbicara perkiraan
biaya, maka tidak terlepas dengan analisa biaya. Analisa biaya dalam proyek konstruksi
sering kita sebut dengan analisa harga satuan pekerjaan (AHSP).
AHSP sendiri banyak macamnya, diantaranya AHSP yang dikeluarkan oleh Ditjend
Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum atau analisa SNI. Analisa harga tersebut
digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti bahan
material, upah tenaga kerja, maupun waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian
proyek.

Sebelum kamu mempelajari apa pengertian AHSP dan cara
menghitungnya, ketahui dulu apa itu analisa AHSP SNI.
Analisa AHSP SNI adalah pedoman perhitungan analisa harga
satuan pekerjaan yang selalu mengikuti perkembangan standar nasional atau
spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi. Disebut pedoman karena analisa SNI
menjadi petunjuk dalam perhitungan, akan tetapi pedoman tersebut tetap harus
disesuaikan dengan kondisi dimana pekerjaan konstruksi direncanakan atau akan
dibangun.
Pengertian Analisa
Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Apa itu Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP)? AHSP adalah
suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan,
upah kerja, dan peralatan dengan harga bangunan, standar pengupahan pekerja dan
harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi.
Besarnya harga per satuan pekerjaan tersebut tergantung dari
besarnya harga satuan bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana
harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Penentuan harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam
perhitungan kebutuhan spesifikasi bahan material untuk setiap jenis pekerjaan.
Sedangkan penentuan harga satuan peralatan baik sewa ataupun investasi
tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan,
jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.
1.
Analisa Harga Satuan Upah
Upah
pekerja merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada
pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Besaran upah menjadi
salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah
berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian besaran
upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas,
sehingga para pekerja akan berusaha untuk bekerja lebih baik lagi.
Analisa harga satuan
upah pekerjaan adalah menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Kebutuhan tenaga kerja
adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume
pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Tingkatan dan tugas
tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
- Pekerja,
jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah yang
tugasnya membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak
membutuhkan keterampilan khusus. Karena berada tingkatan yang paling
rendah, tenaga kerja yang satu ini mendapatkan upah yang rendah pula.
- Tukang,
yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang batu, dan tukang
las.
- Kepala
Tukang, yaitu tenaga kerja yang bertugas mengelola tukang lainnya untuk
suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang kayu, kepala tukang batu,
kepala tukang las.
- Mandor,
yaitu tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu
pekerjaan yang bertugas untuk memonitor jalannya pekerjaan dan memantau
kinerja tenaga kerja yang lain.
Sedangkan
untuk upah pekerjaan, secara luas dapat dibedakan beberapa macam yaitu :
- Upah
borongan, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja yang
ditentukan berdasarkan kesepakatan antar pekerja dengan yang memberikan pekerjaan
pada saat belum dimulai pekerjaan.
- Upah per
potong atau upah satuan, yaitu besaran upah yang akan ditentukan dengan
banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu.
Dengan model pembayaran upah seperti ini akan membuat para pekerja
berusaha segiat-segiatnya untuk mengejar penghasilan yang besar sehingga
perusahaan berproduksi lebih cepat dan lebih besar.
Sedangkan
jenis upah yang banyak dimanfaatkan di perusahaan-perusahaan diklasifikasikan
menjadi 2 golongan yaitu :
1) Upah menurut waktu
Merupakan sistem pengupahan pekerja yang dibayar berdasarkan
waktu yang dihabiskan,
misalnya
perjam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya:
- Hari orang
standar (standar man day). Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat
h.o atau m.d., dimana 1 h.o. (m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja.
Pekerja standar adalah pekerja terampil yang dapat mengerjakan satu jenis
pekerjaan saja misalnya pekerja gali, pekerja kayu, tukang batu, tukang
kayu, mandor, kepala tukang, dan lain-lain.
- Jam orang
standar (standar man hour). Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung
berdasarkan jam kerja efektif dan diberikan kepada tenaga yang bekerja
sungguh-sungguh dan tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja
konstruksi, dan lain-lain.
- Bulan orang
standar (standar man month). Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana
lapangan, manajer prroyek, dan lain-lain.
2) Upah menurut hasil
kerja
Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit
pekerjaan yang telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang
dipergunakan.
- Upah menurut
standar waktu. Dengan sistem ini upah dibayarkan berdasarkan waktu yang
telah distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
- Upah menurut
kerja sama pekerja dan pengusaha. Sistem ini meliputi pembagian keuntungan
yang pembayarannya dilakukan kemudian sebagai tambahan atau kombinasikan
dengan sistem pembayaran upah yang telah disebutkan di atas.
Faktor Pengaruah Tingkatan Upah
Diantara berbagai
faktor penting yang mempengaruhi tingkatan upah pekerja adalah sebagai berikut:
1) Penawaran dan
Permintaan Tenaga Kerja
Jenis pekerjaan yang membutuhkan kompetensi atau keterampilan
tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka besaran upah cenderung tinggi
sedangkan untuk jenis pekerjaan yang mempunyai penawaran melimpah akan
cenderung turun.
2)
Organisasi atau Asosiasi Profesi
Ada tidaknya organisasi atau asosiasi profesi sejenis serta
lemah kuatnya organisasi tersebut akan ikut mempengaruhi terbentuknya besaran
upah. Adanya asosiasi profesi yang kuat, yang berarti posisi “bargaining” pegawai/tenaga
kerja tersebut juga kuat.
3)
Kemampuan perusahaan untuk membayar\
Upah yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan salah satu
komponen biaya produksi. Tingginya upah pekerja akan mengakibatkan naiknya biaya
produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan/laba yang didapat oleh
perusahaan. Jika kendala biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas
pegawainya.
4) Produktivitas
Upah pekerja merupakan imbalan atas prestasi
pekerjaan. Semakin tinggi prestasi pegawai seharusnya semakin besar pula upah
yang akan diterima. Prestasi biaya ini dinyatakan sebagai produktivitas.
5) Biaya Hidup
Setiap
kota di Indonesia pastinya memiliki tingkatan UMR yang berbeda yang dipengaruhi
oleh kebutuhan biaya hidup masyarakatnya. Dimana biaya hidup tinggi, maka upah
juga cenderung tinggi. Sehingga besaran upah untuk masing-masing kota tentunya
memiliki perbedaan.
6) Pemerintah Daerah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga
mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan
batas bawah dari tingkat upah yang akan dibayarkan.
2. Analisa Harga Satuan Bahan
Bahan
yang disebut disini jenisnya tergantung pada item pekerjaannya (material pokok)
dan metodenya (material penunjang). Material bangunan dapat berupa bahan dasar (raw material) yang harus
diproses dalam pelaksanaan proyek konstruksi, atau berupa bahan jadi/setengah
jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di lapangan.
Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek,
faktor waste (pemborosan) bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang
dimaksud dengan waste bahan dalah sejumlah bahan yang dipergunakan/ telah dibeli,
tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.
Biasanya ada beberapa waste bahan yang dialami oleh sebuah perusahaan sehingga perlu
untuk dikendalikan, yaitu antara lain :
- Penolakan
oleh owner karena bahan tidak memenuhi syarat.
- Kerusakan
bahan karena kelemahan dalam handling atau
penyimpanan.
- Kehilangan
bahan karena kelemahan pengwasan keamanan.
- Pemborosan
pemakaian di lapangan.
Analisa harga satuan
bahan adalah menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya
yang dibutuhkan. Sedangkan indeks satuan bahan menunjukkan banyaknya bahan yang
akan diperlukan untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan,
baik dalam volume 1 m3, 1m2, atau per m’.
Kebutuhan bahan/material ialah besarnya jumlah bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan.
Kebutuhan bahan dapat dicari dengaan rumus sebagai berikut:
3. Analisa
Harga Satuan Peralatan
Banyak jenis pekerjaan konstruksi yang memerlukan peranan
alat guna membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur
bangunan. Oleh karena itu bila dalam pelaksanaan suatu item pekerjaan tertentu
memerlukan alat-alat konstruksi, terutama jenis alat-alat berat, maka sub harga
satuan alat harus dihitung tersendiri seperti halnya sub harga bahan.
Alat berat yang umum dipakai terutama proyek-proyek
konstruksi dengan skala yang besar antara lain dozer, excavator, front shovel, clamshell, loader, truck, roller, dan lain-lain. Dengan bantuan alat berat tersebut,
penyelesaian pekerjaan bisa tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang
relatif lebih singkat.
Dasar perhitungan sub harga satuan peralatan ini sama dengan
sub harga satuan upah, yaitu mempertimbangkan tingkat roduktivitas alat
tersebut. Bila alat yang digunakan adalah sewa, maka harga sewa alat tersebut
dipakai sebagai dasar perhitungan sub harga satuan peralatan. Namun bila alat
yang digunakan adalah milik sendiri, maka harus dipakai “konsep biaya alat”
yang terdiri dari :
- Biaya
penyusutan (depresiasi) alat, yaitu biaya yang disisihkan untuk
pengembalian investasi alat yang bersangkutan.
- Biaya
perbaikan, yaitu meliputi biaya yang diperlukan untuk penggantian suku
cadang dan upah mekanik.
- Biaya
operasi, yaitu meliputi biaya-biaya yang diperlukan untuk keperluan bahan
bakar, pelumas, minyak hidrolis, grease, dan upah operator.
Pemilihan
alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam keberhasilan suatu proyek. Ketepatan dalam pemilihan peralatan untuk
pekerjaan konstruksi akan memperlancar jalannya proyek.
Cara Menghitung AHSP
Dalam menghitung analisa harga satuan pekerjaan (AHSP)
sendiri dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan upah
tenaga kerja, nilai satuan bahan/material, dan nilai satuan alat yang dapat
digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya
suatu pekerjaan.
Kontraktor di dalam menghitung suatu AHSP tidak
hanya menggunakan Analisa Bina Marga (K) ataupun Analisis SNI, tetapi juga
menggunakan perhitungan sendiri. Di dalam perhitungan sendiri perusahaan
kontraktor tidak mempunyai patokan koefisien, akan tetapi berdasarkan
pengalaman, metode pelaksanaan, kondisi lapangan, kondisi/efisiensi peralatan,
keadaan cuaca pada saat pekerjaan dilaksanakan serta jarak angkut bahan
material ke lokasi pekerjaan.
Tahapan menghitung analisa bahan material adalah
didapat dari harga pasaran, yang kemudian dikumpulkan didalam suatu daftar yang
dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan
di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu daftar yang
dinamakan daftar satuan upah tenaga kerja.
Berikut contoh bentuk perhitungan analisa SNI beserta
keterangannya dalam bentuk tabelisasi :
Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Plesteran
Satuan Pembayaran : M2

Keterangan :
- Kolom 1 :
Penomoran.
- Kolom 2 :
Menandakan item pekerjaan.
- Kolom 3 :
Menandakan satuan bahan, upah tenaga dan peralatan.
- Kolom 4 :
Menandakan indeks atau koefisien baik untuk bahan, upah, tenaga maupun
peralatan. Koefisien / indeks mendeskripsikan seberapa besar alat, bahan
dan tenaga yang digunakan didalam mengerjakan pekerjaan plesteran.
- Kolom 5 :
Menandakan harga satuan bahan, upah tenaga, dan peralatan.
- Kolom 6 :
Menandakan jumlah harga yang berarti koefisien dikalikan dengan harga
satuan.
Untuk mendapatkan
harga satuan pekerjaan maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga
satuan alat harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan
koefisien yang telah ditentukan.
Itulah ulasan mengenai analisa harga satuan pekerjaan (AHSP)
dan cara menghitungnya. Semoga bermanfaat dan mari memajukan Indonesia melalui
konstruksi handal!
Komentar
Posting Komentar